Recent Posts

Selingkuhi Sylvia Kakak Pacarku-2
portalseksindo.blogspot.com
Sambungan dari bagian 01

Apa yang harus kulakukan? Batinku terus bertanya-tanya. Mataku melihat ke arah jam tanganku, jam 9:40, berarti Maya tidak akan pulang sedikitnya 1 jam dari sekarang. Akhirnya dengan nekad, kudekati kamar Mbak Sylvia dan aku kembali masuk ke kamarnya, saat itu ada perjudian di benakku, jika sedikit kudorong pintu kamar mandinya tetap tertutup berarti Mbak Sylvia tidak menginginkanku, sedangkan jika terbuka berarti Mbak Sylvia memang berharap aku untuk menyentuhnya.

Setelah menarik nafas panjang aku kemudian mendorong pintu kamar mandi Mbak Sylvia. Dan ternyata harapanku terkabul, ternyata kamar mandi tersebut tetap tidak terkunci, dengan sedikit dorongan pintu itupun terbuka. Kembali aku melihat pemandangan yang indah terpampang di hadapanku, Mbak Sylvia masih tetap telanjang dengan tangannya membasuh rambut dan tubuh mulusnya. Ketika melihat aku membuka pintu kamar mandinya, kali ini Mbak Sylvia tidak menutupi payudara dan kemaluannya, Mbak Sylvia hanya memandang ke arahku dan kembali membasuh tubuhnya seolah mempertontonkan keindahan tubuhnya dan mengajakku untuk mencumbunya. Aku kembali terdiam terpana seolah lupa akan niat semula, entah apa yang harus kuperbuat.

Tiba-tiba terdengar suara Mbak Sylvia membuyarkan lamunanku.
"Ada apa Rud? Ada telpon lagi? apa mau ikut mandi?" sapanya menggodaku.
Aku tertegun sejenak. "Eee.. boleh ikut mandi Mbak?" kataku takut-takut.
Mbak Sylvia tidak menjawab, dia hanya terseyum sambil membalikkan tubuhnya membelakangiku, seolah ingin mempertontonkan pantatnya yang sangat indah.
"Tapi kunci dulu pintu keluar rumahnya, tadi belum dikunci," kata Mbak Sylvia.

Setengah berlari aku keluar kamar dan mengunci pintu depan rumah tersebut, setelah itu kembali masuk ke kamar mandi Mbak Sylvia. Aku segera membuka seluruh pakaianku dan melemparkannya ke atas tempat tidur Mbak Sylvia. Sementara itu Mbak Sylvia tetap dengan posisinya membelakangiku sambil mempermainkan air yang mengguyur tubuhnya. Perlahan aku menghampirinya, terasa percikan air menerpaku, setelah sangat dekat dengan penuh gairah aku meyentuh pantat Mbak Sylvia, padat dan ranum. Aku mengelusnya sesaat dan kemudian menciuminya. Mbak Sylvia terlihat agak menggerinjal kegelian. "Ih.. Rud.. geli.." katanya. Tapi aku tidak peduli, aku terus mempermainkan lidahku di permukaan pantatnya yang mulus sementara rambut dan kepalaku telah basah oleh air tetap mengalir.

Setelah puas aku kembali mundur dan memandangi tubuh Mbak Sylvia. Mbak Sylvia kemudian menoleh sambil tersenyum menantang. "Kok diem Rud.." katanya. Aku kembali menghampirinya dan dengan segenap perasaan aku memeluknya dari belakang sementara kemaluanku yang telah berdiri tegak menyentuh belahan pantatnya. Nikmat sekali rasanya. Tanganku pun mulai meraba setiap permukaan tubuh Mbak Sylvia yang dapat dijamah, sedangkan lidahku menjilati lehernya yang jenjang. Tanganku kemudian terpaku di payudara Mbak Sylvia, terasa lembut dan kenyal, sangat nikmat terasa. Aku segera meremas payudara Mbak Sylvia dengan penuh perasaan, sementara tubuh Mbak Sylvia menggerinjal-gerinjal bak penari yang membuat kemaluanku serasa dipermainkan oleh pantat Mbak Sylvia yang terasa hangat. "Oh.. Rud.. terus sayang.. Oohh.." Mbak Sylvia merintih manja sambil tetap meliuk-liukkan tubuhnya sementara tangannya diangkat ke atas, sehingga payudaranya semakin terasa nikmat disentuh.

Setelah puas menikmati bagian belakang tubuhnya dengan perlahan aku membalikkan tubuh Mbak Sylvia, sehingga kini dengan jelas terpampanglah keindahan tubuh seorang wanita cantik yang menggerinjal-gerinjal oleh sentuhan lembutku. Aku semakin bernafsu melihatnya, tanganku kembali meremas-remas payudaranya sementara mataku dengan liar menelusuri tubuh Mbak Sylvia. Mata Mbak Sylvia memandangku dengan penuh gairah dengan mulut terus merintih merasakan kenikmatan yang kuberikan. "Rud.. ooh.. oohh.." suara itu terdengar berulang-ulang keluar dari mulutnya. Aku semakin bergairah dibuatnya, maka dengan penuh nafsu aku menciumi bibirnya dan melumatnya penuh birahi.

Sementara mulutku melumat bibirnya, lidahku kugunakan untuk menjelajahi rongga mulutnya, lidahku dan lidah Mbak Sylvia saling bersentuhan dengan dahsyatnya. Setelah itu aku menurunkan ciumanku ke arah leher Mbak Sylvia, aku menciuminya dengan penuh nafsu, terus turun dan akhirnya sampai di payudaranya. Aku menyedot puting payudaranya sementara tangan kananku terus meremas payudara yang sebelahnya. "Rudd.. oohh.. terus sayang.. oohh enak sayang.. oohh.." mulut Mbak Sylvia tidak henti-hentinya merintih kenikmatan.

Setelah agak lama, tiba-tiba Mbak Sylvia mengangkat kepalaku sambil berbisik lembut. "Rudd.. masukin sekarang dong.." pintanya. Aku tahu apa maksudnya, maka kudorong tubuhnya menempel ke tembok sementara kedua tanganku meremas pantat Mbak Sylvia. Dan dengan hati-hati kuarahkan kemaluanku ke liang senggamanya. Setelah terasa pas maka dengan hati-hati aku mencoba memasukkan kemaluanku. Terasa agak seret, namun setelah beberapa saat mencoba, kemaluanku mulai memasuki liang kewanitaan Mbak Sylvia. Saat itu tubuh kami terasa sama-sama bergetar. Nikmatnya sangat terasa di sekujur tubuh kami. "Oohh.. Rudd.." rintih Mbak Sylvia. "Sylviaa.. oohh.. nikmat sekali sayaang.." kali ini aku tidak menyebutnya Mbak, karena memang saat itu aku tidak peduli lagi dengan statusku sebagai calon adik iparnya.

Aku terus mengocok kemaluanku di dalam liang kewanitaan Mbak Sylvia yang hangat dan lembut. Otot liang kewanitaannya terasa meremas kemaluanku. Sementara kedua tanganku terus meremas pantat sintalnya sambil menarik ke arahku seirama dengan keluar-masuknya kemaluanku. Saat itu aku baru tahu, ternyata Mbak Sylvia sudah tidak perawan lagi, karena dia terlihat begitu menikmati kemaluanku tanpa sedikitpun ada rasa sakit, padahal kemaluanku telah menghujam sangat dalam.

"Rudd.. kita pindah ke tempat tidur aja ya.. biar lebih enak.." terdengar suara Mbak Sylvia memohon. "Ayo.." jawabku. Dan tanpa menyeka air yang membasahi tubuh, kami berdua berjalan sambil tetap berpelukan ke arah tempat tidur. Setelah sampai, Mbak Sylvia langsung berbaring telungkup mempertontonkan pantatnya yang terlihat semakin menonjol karena posisinya itu. Aku segera menindih tubuh Mbak Sylvia. Dan dari arah pantatnya aku kembali memasukkan kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya yang telah basah oleh cairan kental. "Aaahh.." desah Mbak Sylvia saat kemaluanku kembali memasuki liang kewanitaannya. Aku kembali mengocok kemaluanku di dalam liang kewanitaan Mbak Sylvia. Pantatnya terasa lembut menyentuh pahaku. "Sylviaa.. nikmat sekali sayanng.." aku tak kuasa menahan mulutku untuk menggambarkan kenikmatan yang saat itu kurasakan.

Setelah beberapa saat Mbak Sylvia kemudian membalikkan badannya sehingga kemaluanku tercabut dari liang kewanitaannya. Mbak Sylvia kemudian mendorongku sehingga sekarang aku berada di bawahnya. Mbak Sylvia menindihku sambil bibirnya kembali menciumiku dengan liarnya. Setelah itu sambil menahan tubuh dengan tangannya, Mbak Sylvia memasukkan kemaluanku ke dalam liang senggamanya dan tubuhnya terdiam saat kemaluanku telah amblas semuanya. Mbak Sylvia seolah sedang meresapi kenikmatan yang saat itu sedang dirasakannya. Aku kembali meremas payudaranya yang menggantung indah di hadapanku.

Setelah beberapa saat Mbak Sylvia kemudian mulai menggerakkan tubuhnya turun naik menekan kemaluanku, matanya terpejam dengan mulut yang sedikit terbuka sambil tak henti-hentinya mendesah menambah nikmatnya suasana saat itu. "Ooohh.. Rudii.." berulang-ulang Mbak Sylvia memanggil namaku. Sedangkan aku tetap meremas payudaranya sambil melihat pemandangan indah yang terpampang di depan mata. Tubuh Mbak Sylvia menggerinjal-gerinjal, meliuk-liuk seolah menari-nari di hadapanku. Kemaluanku terasa semakin nikmat merasakan remasan liang kewanitaan dan jepitan pahanya di atas pahaku.

Tiba-tiba tubuh Mbak Sylvia terdiam sejenak, matanya menatap penuh gairah ke arahku, dan sesaat kemudian dengan liarnya Mbak Sylvia memelukku dan tubuhnya menggerinjal-gerinjal dengan kuatnya, liang kewanitaannya terasa semakin meremas-remas kemaluanku. Aku tahu, saat ini Mbak Sylvia pasti sedang mencapai puncak kenikmatannya, maka dengan sekuat tenaga aku meremas pantat Mbak Sylvia dan menekannya ke arah kemaluanku, sehingga kemaluanku semakin dalam menghujam liang kewanitaan Mbak Sylvia. "Rudii.. oohh.." desah Mbak Sylvia. Aku mengikuti irama tubuhnya, sementara kemaluanku pun terasa berdenyut-denyut dengan hebatnya. "Ayo sayaang.." aku membalas desahannya. Dan dengan sekuat tenaga aku menekan kemaluanku ke liang kewanitaannya dan menyemprotlah air spermaku di dalam liang kewanitaannya, sementara tubuh Mbak Sylvia menegang dan pahanya meronta-ronta seolah liang kewanitaannya ingin melumat kemaluanku. Perlahan-lahan tubuhnya mulai diam, sementara kemaluanku tetap tertancap di dalam liang senggamanya.

"Rudii.. enak sekali sayaang.." dari mulutnya terdengar kembali suara desahan Mbak Sylvia.
"Iya sayang.. Mbak juga enak sekali.." jawabku, ementara tanganku tetap mengelus-elus pantat Mbak sylvia yang lembut.
Mbak Sylvia kemudian turun dari tubuhku dan terlentang di sampingku, matanya terpejam.
"Rud.. barusan dikeluarin di dalam ya," tanyanya dengan suara setengah berbisik.
"Iya Mbak.." jawabku pelan.
Mbak Sylvia terdiam. Kemudian turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Aku hanya melihat saja, tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Aku baru tersadar, bagaimana kalau ternyata saat ini Mbak Sylvia sedang dalam masa suburnya? Aku memang tahu kalau masa subur wanita itu sekitar 14 hari sebelum masa haidnya, tapi hal itu kadang bisa salah. Dan bagaimana kalau hal tersebut terjadi pada Mbak Sylvia? Aku kemudian mengikuti Mbak Sylvia yang kembali mengguyur tubuhnya di bawah shower.

Aku menghampirinya, dan dengan hati-hati kembali kusentuh tubuhnya dan menyabuni seluruh permukaan tubuhnya. Mbak Sylvia hanya diam saja, matanya terpejam. Kami kemudian mandi bersama tanpa berkata-kata. Setelah selesai aku terlebih dahulu keluar kamar mandi, dan berpakaian kembali. Setelah itu Mbak Sylvia masuk sambil mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Aku melihat saja tanpa bisa berkata-kata, namun dalam hati aku berkata, "Cantik sekali wanita ini, dan betapa indah tubuhnya."

Mbak Sylvia duduk di kursi depan cermin sambil memandangi bayangan tubuhnya. Aku menghampirinya dan dengan lembut mencium lehernya. "Maapin Rudi Mbak.. Tadi Rudi nggak bisa nahan.. abisnya Mbak enak sih.." aku berbisik di belakang telinganya. Mbak Sylvia hanya tersenyum kecil, cantik sekali. "Ya udah.. mudah-mudahan Mbak nggak hamil.. nanti Mbak beli obat KB aja," ujarnya lirih. "Iya.. Mbak nggak akan hamil kok," kataku menenangkannya. Aku memandang matanya yang sayu di cermin. Sesaat kami berpandangan. Kemudian aku mencium pipinya dan keluar meninggalkan Mbak Sylvia sendirian di kamarnya. Kulihat saat itu telah jam 11 lebih. Aku kembali menonton TV, sementara pikiranku terbang entah ke mana.

Setelah kejadian itu, setiap malam menjelang tidur bayangan indah dan kenikmatan tubuh Mbak Sylvia senantiasa memenuhi pikiranku. Pikiranku selalu dipenuhi khayalan bersetubuh dengan Mbak Sylvia. Tidak pernah lagi aku membayangkan Maya saat akan tidur. Aku selalu ingat Mbak Sylvia. Namun aku pun dipenuhi rasa takut yang sangat. Takut jika saja Mbak Sylvia hamil olehku. Aku menjadi bingung sekali.

Itulah pengalamanku, setelah kejadian itu aku belum pernah kembali ke rumah Maya. Kami paling hanya berhubungan lewat telepon atau kadang Maya datang ke rumahku. Sementara dengan Mbak Sylvia aku belum bertemu lagi. Aku tidak tahu apakah Mbak Sylvia hamil atau tidak. Dan aku takut untuk menanyakan langsung kepadanya. Rencananya hari lebaran besok, keluarga Maya mau datang ke rumahku, Mbak Sylvia pasti ikut. Aku tidak tahu harus bertanya apa kepadanya. Aku takut. Dan ketika Hari Raya Lebaran itu tiba, disaat saya mendatangi rumah Maya, saya sungguh terkejut sekali ketika dalam suatu kesempatan ketika Maya sedang mandi, Mbak Sylvia berbisik kepadaku, "Rudi, kapan kita mau main lagi?"

TAMAT

Selingkuhi Sylvia Kakak Pacarku-2

By Unknown → Senin, 04 Mei 2015
Selingkuhi Sylvia Kakak Pacarku-1
portalseksindo.blogspot.com - Namaku Rudi tinggal di Bandung. Aku baru saja menyelesaikan kuliah di salah satu universitas di Bandung. Saat ini aku mempunyai seorang pacar bernama Maya. Maya tinggal bersama orang tuanya dan seorang kakak wanita yang bernama Mbak Sylvia. Maya berusia 23 tahun sedangkan Mbak Sylvia berusia sekitar 25 tahun, atau lebih tua 4 bulan dariku. Ada peristiwa yang terjadi tanggal 20 November 2000 yang lalu, dan hal ini akan kuceritakan kepada pembaca pustceritadewasaku.blogspot.com. Dalam tulisan ini aku hanya akan menggambarkan tentang Mbak Sylvia karena memang dengan dialah peristiwa ini kualami.

Sama seperti aku, Mbak Sylvia pun baru saja menyelesaikan kuliahnya, kemudian bekerja di sebuah perusahaan swasta. Mbak Sylvia mempunyai seorang tunangan dan bekerja di sebuah BUMN di Surabaya. Mbak Sylvia itu orangnya cantik dan mudah bergaul sehingga enak diajak bicara. Mbak Sylvia memiliki tinggi sekitar 160 cm atau kira-kira 5 cm lebih pendek dariku. Kelebihan yang dimiliki oleh Mbak Sylvia dibandingkan wanita lain umumnya adalah kulit tubuhnya yang sangat putih dan juga sangat mulus dengan rambut lebat tergerai sebahu. Selain itu payudara dan pantatnya juga sangat indah menantang terutama jika kebetulan sedang mengenakan celana pendek dan kaos singlet yang ketat. Aku sering mencuri pandang jika Mbak Sylvia sedang mengenakan pakaian seksi tersebut. Sering aku membayangkan, betapa nikmat rasanya jika aku bisa menjamah tubuh mulusnya, tapi khayalan itu tidak pernah terwujud.

Suatu hari, saat itu hari minggu kira-kira jam 9 pagi, aku datang ke rumah pacarku dengan maksud hendak mengajaknya pergi untuk makan siang terakhir sebelum besoknya mau bersiap-siap untuk menghadapi puasa. Rencananya sih mau ngasih kejutan, tapi ternyata rencana tersebut gagal. Saat pertama datang, aku memang tidak melihat ada mobil yang biasa parkir di garasinya. Dan ternyata benar saja setelah di bell berkali-kali ternyata tidak ada seorangpun yang membukakan pintu rumahnya, bahkan tidak juga pembantunya. Setelah mencoba beberapa kali, karena tidak ada yang membukakan pintu juga aku memutuskan untuk kembali pulang, tapi saat akan masuk ke mobil tiba-tiba keluar Mbak Sylvia membukakan pintu, matanya kelihatan masih mengantuk, pasti baru bangun gara-gara terganggu suara bell.

"Lho, Rudi mau ketemu Maya ya.. ayo masuk dulu," kata Mbak Sylvia.
"Iya Mbak, tapi kok kayaknya lagi nggak ada di rumah ya," sahutku sambil masuk ke rumah dan duduk di kursi ruang tamu. Sementara Mbak Sylvia menutup pintu. Saat itu Mbak Sylvia hanya mengenakan daster tipis yang pendek, sehingga bayangan celana dalamnya dengan jelas terpampang. Aku sempat bengong dibuatnya.
"Iya kan sekarang semuanya pada pergi ke Sumedang, ya biasa nyekar kan besok puasa," Mbak Sylvia menjelaskan.
"Emangnya nggak janjian dulu?" sambungnya.
"Nggak Mbak, tadinya sih mau ngasih kejutan, tapi gagal," kataku sambil tersenyum.
"Tapi kok Mbak Sylvia nggak ikut, sendirian dong di rumah?" tanyaku sambil memandang wajahnya, cantik sekali dia padahal baru bangun tidur.
"Iya soalnya Mbak baru tidur jam 3 pagi, abis chating, jadinya nggak ikut, soalnya ngantuk," katanya sambil tersenyum.
"Ya udah telpon aja dulu ke HP-nya Maya, kali aja lagi di jalan mau pulang, soalnya tadi perginya dari jam 6. Udah ya ditinggal dulu Mbak mau makan dulu, lapar nih. Eh, mau ikut makan nggak?" ajak Mbak Sylvia.
"Nggak Mbak, tadi udah." jawabku sambil beranjak hendak menelepon pacarku, sementara Mbak Sylvia pergi ke dapur untuk makan.

Setelah tersambung ke HP pacarku, terdengar suara Maya.
"Hallo?"
"Hallo Maya.. ini Rudi," jawabku.
"Lho kok ada di rumah Maya? Ada apa?" serunya kaget.
"Iya.. tadinya sih mau ngajak Maya jalan tapi taunya nggak ada.." sahutku.
"Kenapa nggak ngomong dari kemarin? Tau mau ke rumah, Maya kan nggak akan ikut pergi," suara Maya terdengar agak menyesal.
"Ya udah pokoknya sekarang tungguin sampe Maya pulang! Awas kalo Maya pulang udah nggak ada! Soalnya sekarang udah mau nyampe ke Sumedang kok, mestinya sih nyampenya dari tadi, tapi jalannya maceet banget, jadi nyampenya telat padahal mestinya kan 1 jam juga udah nyampe," kata Maya dengan nada yang manja.
"Iya.. Tapi cepet ya.." kataku.
"Iya.. nanti si Papa disuruh ngebut nyetirnya," kata Maya sambil ketawa.
"Eh, tadi dibukain Mbak Sylvia ya..? udah bangun emang?" tanya Maya.
"Iya.. Sekarang lagi makan tuh," jawabku.
"Ya udah dulu aja ya.. mahal tuh pulsa," katanya, "Tapi tungguin ya.. biar nggak kesel nonton film aja.. ada VCD Charlie Angel's tuh baru pinjem kemaren.." tambah Maya.
"Iya.. iya.." jawabku sambil menutup telepon.

Setelah itu aku duduk di sofa depan TV, kemudian menyalakan VCD dan menontonnya. Di rumah pacarku itu aku sudah seperti di rumah sendiri, ini dikarenakan aku sudah hampir 3 tahun berpacaran dengan Maya, jadinya aku sudah sangat akrab dengan keluarga Maya. Bahkan rencananya bulan maret ini kami mau tunangan.

Setelah beberapa saat menonton film, Mbak Sylvia keluar dari ruang makan.
"Gimana, udah nelponnya?" tanya Mbak Sylvia.
"Udah Mbak, terus disuruh nunggu nih," jawabku.
"Oh.. ya udah.. tunggu aja.. kalo mau minum atau makan ambil aja sendiri ya.. Mbak mau mandi dulu nih," kata Mbak Sylvia.
"Iya Mbak, makasih.." sahutku sambil menoleh ke arah Mbak Sylvia yang berjalan melintasiku hendak mandi. Pandanganku kembali terpaku menatap bayangan tubuhnya, pantatnya terlihat begitu ranum di balik daster tipisnya, sampai Mbak Sylvia menghilang di balik pintu kamarnya. Aku kemudian kembali menonton, sementara itu dari arah kamar Mbak Sylvia terdengar suara air mengalir, karena letak kamar mandinya memang ada di dalam kamar tidur Mbak Sylvia.

Setelah kira-kira 5 menit tiba-tiba terdengar telepon berbunyi, aku segera mengangkat telepon.
"Hallo," kataku.
"Iya.. bisa bicara dengan Sylvia?" terdengar seorang pria berkata.
"Oh, Sylvia-nya lagi mandi tuh.. nanti aja telpon lagi," jawabku.
"Aduh.. gimana ya.. Saya ada keperluan penting nih.. tolong kalo bisa dipanggil aja.. mungkin mandinya bisa ditunda dulu.. bilang aja ada telpon dari Apin, tolong ya.." katanya, dari nada bicaranya keliatan orang tersebut agak panik.
"Oh iya.. kalo gitu saya coba panggilin," kataku sambil meletakkan gagang telepon.

Setelah itu aku beranjak menuju kamar Mbak Sylvia. Kudorong pintu kamar tidurnya yang memang agak terbuka, setelah di dalam aku memanggilnya beberapa kali. "Mbak.. Mbak Sylvia.. ada telpon.." kataku. Namun tidak ada jawaban, mungkin karena saat itu di kamar mandi airnya sedang mengalir sehingga Mbak Sylvia tidak bisa mendengarku. Setelah mencoba berkali-kali aku kemudian mencoba mengetuk pintu kamar mandinya. Namun saat kuketok alangkah terkejutnya aku karena ternyata pintunya terbuka sendiri, mungkin karena Mbak Sylvia tidak menutupnya dengan benar, sehingga dengan sedikit sentuhan saja pintunya jadi terbuka. Begitu pintunya terbuka terlihat Mbak Sylvia sedang membasuh tubuhnya yang putih mulus di bawah shower dengan posisi tepat menghadapku, sehingga dengan jelas terlihat sepasang payudara dan kemaluannya yang tertutup bulu lebat. Mbak Sylvia terlihat kaget, dia segera menutup payudara dengan kedua tangannya, sedangkan kaki kanannya agak disilangkan dengan maksud untuk menutupi kemaluannya, namun akibatnya kini terlihat bagian pantatnya yang padat dan seksi. Saat itu aku sangat kaget, senang sekaligus takut, takut Mbak Sylvia menyangka aku sengaja berbuat kurang ajar kepadanya.

"Eh.. ma.. maaf Mbak.. itu.. ee.. ada telpon dari Apin, katanya penting sekali.." kataku terbata-bata sementara tubuhku seperti mematung tanpa bisa kugerakkan dengan mataku tetap manatap tubuhnya tanpa bisa kukendalikan. "Oh.. iya.. bilang tunggu sebentar," katanya sambil tetap menutupi payudara dan kemaluannya, sementara itu air dari shower terus mengguyur tubuh Mbak Sylvia, sehingga memantulkan segala keindahan yang dimiliki tubuh mulusnya.

Aku segera beranjak pergi dan kembali duduk di sofa dengan degup jantung yang sangat cepat. Aku memang sering membayangkan tubuh indah kakak pacarku ini jika sedang melamun, namun ternyata lamunanku salah, karena kenyataannya tubuh Mbak Sylvia jauh lebih indah dari lamunanku selama ini.

Sesaat kemudian terdengar langkah Mbak Sylvia keluar dari kamarnya dan berjalan melintasiku. Mbak Sylvia menutupi tubuhnya dengan selembar handuk, sehingga bagian pahanya dengan jelas terlihat begitu indah. Kemudian dia mengangkat telepon dan berbicara dengan orang yang mengaku bernama Apin itu. Dari pembicaraannya aku berkesimpulan Apin itu teman sekantor Mbak Sylvia dan menanyakan tentang file di komputer kantornya yang berisi catatan keuangan, karena kantor tempat mereka bekerja sedang diaudit menjelang akhir tahun. Mereka bicara selama kurang lebih 5 menit, sementara itu aku terus memandangi tubuh Mbak Sylvia yang membelakangiku. Aku memandangi paha mulusnya yang tertutup sekedarnya, jika saja Mbak Sylvia agak membungkuk pasti pantatnya akan terlihat cukup jelas. Aku terus menikmati pemandangan indah itu, rangsangannya begitu kuat sehingga kemaluanku terasa menegang. Jika saja tidak kutahan, ingin rasanya aku memeluk dan menciumi setiap jengkal tubuh mulus Mbak Sylvia. Namun ada juga rasa khawatir jika saja Mbak Sylvia memarahiku setelah kejadian tadi. Tapi kekhawatiranku ternyata tidak terjadi, karena setelah selesai bicara di telepon, Mbak Sylvia sambil tersenyum kecil kemudian berkata, "Kenapa Rud? kok bengong?"
"Nggak Mbak.. ee.. maaf tadi Mbak.. tadi nggak sengaja," kataku pelan.
"Iya.. udah.. nggak apa-apa.." sahut Mbak Sylvia sambil berlalu kembali ke kamarnya.

Setelah itu terdengar kembali suara shower mengalir tanda Mbak Sylvia meneruskan mandinya yang sempat tertunda. Sementara itu aku tertegun di sofa, seolah tidak percaya akan semua kejadian yang baru saja kualami. Dan sungguh, setelah melihat reaksi Mbak Sylvia yang kelihatannya tidak marah, nafsu birahiku pun memuncak. Saat itu dalam pikiranku hanya satu, aku harus bisa menikmati tubuh Mbak Sylvia, tidak terpikir sama sekali pacarku Maya yang selama ini sangat kucintai, saat itu aku seoleh terbius oleh kemolekan tubuh Mbak Sylvia. Telingaku terus mendengarkan setiap bunyi yang terdengar dari kamar mandi Mbak Sylvia sambil mambayangkan kira-kira apa yang sedang dilakukan Mbak Sylvia saat itu. Sementara mataku sekali-sekali menatap pintu kamar Mbak Sylvia yang terbuka sedikit seolah melambai mengajakku untuk masuk.

Bersambung ke bagian 02

Selingkuhi Sylvia Kakak Pacarku-1

By Unknown →
Tunjukkan Bahwa Dirimu Laki-laki-3
portalseksindo.blogspot.com
Dari Bagian 2

"Rara, kamu tidak boleh menolak, nikmati saja apa yang akan kuberikan padamu" ujarku. Kucium bibirnya, turun ke putingnya kiri kanan, kujulurkan lidahku berputar putar di putingnya lalu kuhisap putingnya bergantian sambil jari telunjukku berputar-putar di klitorisnya.
"Ohh.. Uuhh.. Ennaak banger Vir.. Terus lebih kencang" teriaknya. Lidahku kuturunkan ke perutnya, kujilat pusarnya sampai sekeliling pinggangnya, lalu kususuri bulu bulu tipisnya dan akhirnya lidahku menemukan klitorisnya. Tiba tiba, Rara menahan kepalaku.
"Jangan Vir, aku belum pernah dioral sebelumnya" rintihnya.

Tak kupedulikan rintihannya, lidahku terus berputar putar dan menghisap klitorisnya. Rara kelojotan keenakan, kepalanya dilempar ke kiri dan kanan, tangannya meremas kepalaku dengan keras, tak lama terasa pantatnya mengejang dan Rara berteriak sejadi-jadinya..

"Vir.. Aku keeluuarr.. Ooh.."

Sekitar beberapa detik badannya mengejang, terasa vaginanya semakin basah dan ada lendir yang keluar. Aku jilat dan hisap semuanya. Aku teruskan pengembaraan lidahku di vaginanya, kali ini aku permainkan bibir vaginanya dengan bibirku, kujelajahi seputar bibir vaginanya menggunakan lidahku, lalu kumasukkan sedalam-dalamnya ke vaginanya. Kuputar lidahku di dalam vagina Rara yang halus.

"Terrus Viir, aku bisa kelluaar lagi, ooh.. Auuchh.." beberapa saat teraaa kembali cairan nikmat memenuhi liang vaginanya, pertanda orgasme yang kedua buat Rara. Akhirnya ditariknya kepalaku.
"Sudah Vir, aku nyerah, aku nyerah, gila kamu ya, ooh sungguh nikmat aku hari ini.." Rara berceloteh lemas.

Melihat dia lemas, aku menjadi tidak tega untuk melanjutkan permainan. Aku beristirahat sebentar sambil meremas-remas buah dadanya. Tak berapa lama, mungkin Rara tersadar bahwa aku belum apa-apa hingga ia menarik tubuhku ke atas tubuhnya. Kunaiki tubuhnya dengan bertumpu pada tangan dan lututku, kuarahkan penisku ke vaginanya. Rara membuka kakinya lebar lebar.

"Perlahan Vir.." pintanya.

Penisku menyentuh bibir vaginanya. Kudorong sedikit, terasa sempit dan kecil sekali vaginanya, sulit buat penisku untuk masuk. Aku menunduk lalu membasahi vaginanya dengan ludahku. Kuulangi mendorong penisku, masih tetap sulit untuk masuk, tapi lebih mendingan dibanding yang pertama tadi. Saat sudah masuk sekitar setengah kepala penisku, kugoyang pantatku ke kanan dan kiri dengan perlahan dan halus sambil terus berciuman dengan penuh nafsu dan gairah hingga akhirnya setengah dari penisku berhasil masuk. Rara mendelikkan matanya dan berteriak..

"Sakiit Vir".

Aku berhenti sebentar agar memberi kesempatan Rara beradaptasi. Saat terasa Rara mulai menggoyangkan pinggulnya pertanda mulai dapat merasakan nikmatnya, lalu kembali kudorong penisku agar masuk semuanya, cukup sulit walaupun akhirnya dengan perjuangan antara nikmat dan sakit, penisku berhasil masuk semua. Kembali Rara terengah-engah sambil mendelikkan matanya. Aku tahu, dia masih merasa sakit. Kudiamkan sejenak agar Rara merasakan sakitnya hilang berganti kenikmatan. Saat Rara mulai menggoyangkan pinggulnya, kukedutkan penisku dengan permainan otot keggel. Rara kembali berteriak dengan kerasnya..

"Vir.. Ampun.. Enaakk amaat.."

Lalu mulai kukocok penisku perlahan, terasa cairan vagina Rara mulai membasahi sehingga kocokanku semakin lancar, sambil kukocok kadang-kadang pada saat masuk semua, aku tahan sejenak dan kumainkan otot keggelku kembali hingga tak lama Rara pun orgasme yang ketiga malam itu.

Penisku masih keras tertancap di vaginanya. Kurapatkan dan kuluruskan kakinya sambil terus kumajumundurkan pantatku. Pada posisi ini, vagina Rara menerima tusukan penisku bersamaan dengan klitorisnya menerima gesekan batang penisku, Rara pun berusaha untuk menggoyang pantatnya mencari kenikmatannya hingga tidak sampai 5 menit kemudian, kembali Rara berteriak..

"Vir.. Aku mau keluar lagi, terus Vir gesek, tekan tekan yang dalam.. Oohh.. Yeeah.. Aku keluuaarr lagi Vir.." Rara berteriak sambil menggelengkan kepalanya. Akhirnya Rara ambruk lemas.
"Apa yang harus aku perbuat Vir, aku menyerah kalah hari ini, tapi aku nggak kapok, aku pingin lagi.."

Tiba tiba Rara mendorong aku sehingga kami berguling tanpa melepas penisku dari vaginanya. Rara duduk di atas penisku yang tertancap dalam di vaginanya. Rara mulai memutar pinggulnya, perlahan-lahan semakin lama semakin cepat sampai seperti penari hula hop dengan kecepatan tinggi, penisku terasa diremas remas olah vagina Rara dan..

"Ra.. Terasa mau keluar nih.." ujarku.

Rara semakin mempercepat putarannya dan akhirnya terasa spermaku meledak di dalam vaginanya, bersamaan dengan itu Rara pun berteriak keras-keras, orgasme yang ke 5. Rara ambruk di dadaku lemas dan nikmat. Terasa penisku mulai mengecil lalu Rara berguling telentang di sampingku sambil tangannya mengenggam penisku. Aku bangkit, mengarahkan mulutku ke vagina Rara. Terlihat campuran dua cairan cinta meleleh di vagina Rara, aku jilat dan hisap sebisanya dari vagina Rara, kukumpulkan di mulutku.

"Vir, apa lagi yang mau kamu lakukan padaku, aku bisa mati keenakan nih hari ini.." Rara mengerang sambil menggoyangkan pantatnya keenakan. Kulihat Rara memejamkan matanya sedang menikmati lemasnya badan dan tulang-tulangnya. Kudekati wajahnya dan tiba tiba kucium bibirnya. Rupanya Rara dapat merasakan bahwa mulutku masih belepotan.
"Vir, jorok iih, itu kan spermamu dan cairan vaginaku.."

Tak kupedulikan protesnya, kutahan kepalanya, kucium bibirnya dan lidahku menyeruak membuka mulutnya hingga Rara menyerah dan membuka mulutnya. Kutumpahkan sebagian cairan yang ada di mulutku ke mulut Rara. Mula-mula dia menolak, tetapi lama-kelamaan dia menjulurkan lidahnya dan kamipun berciuman dengan hot.

"Ra, tidak ada sedikit pun yang kotor dan jorok dari tubuh pasangan sex kamu. Kamu harus memegang prinsip itu apabila kamu ingin menikmati hubungan sex yang sesungguhnya. Segala apa yang ada di tubuh pasangan kamu adalah bersih dan harum dan untuk kamu nikmati juga untuk kenikmatannya. Dengan cara itu, kamu akan lebih bergairah dalam berhubungan sex", kataku.

Kami tertidur telanjang. Sewaktu bangun aku terkejut, jam 1 siang, berarti aku ketinggalan pesawat kembali ke Jakarta. Akhirnya aku telepon pihak Garuda dan mengubah jadwal pesawatku kembali ke Jakarta untuk hari Rabu. Berarti masih ada 3 malam aku akan bersama Rara. Ternyata Rara mendengar pembicaraanku di telepon dengan petugas Garuda.

"Vir, terima kasih ya telah kamu tunda kepulangan kamu, berarti aku masih bisa mereguk kenikmatan lebih banyak dari kamu dan juga aku ingin menikmati hubungan sex yang sesungguhnya" ujarnya gembira.

Selama 3 hari 3 malam, kami jarang keluar kamar, paling paling untuk makan malam saja. Selama 3 hari itu juga kami mereguk kenikmatan sex yang sesungguhnya. Rara sudah berani mengoralku, bahkan di hari terakhir aku orgasme di mulutnya dan ditelannya sebagian spermaku.

"Vir, kapan datang lagi?" tanyanya memelas.
"Mungkin 2 minggu lagi" jawabku.
"Kalau mau kesini, masih mau aku temani nggak?" tanyanya.
"Kalau kamu masih mau, mana mungkin aku nggak mau, tapi kalau ada cowok kamu gimana?" balasku.
"Aku janji, kalau kamu datang, biarpun ada cowokku di sini, aku akan berusaha menemani kamu" jawabnya.
"OK dah, toh tiap kali datang aku pasti ke tempat Arif di S, mungkin kita bisa ketemu di sana" kataku. Pada saat itu belum ada HP.

Pada hari Rabu aku kembali ke Jakarta, dan memang setiap 2 minggu sekali aku usahakan pergi ke Bali dengan alasan untuk mengontrol proyek. Selama itu pula tiada semalam pun aku lewatkan di Bali tanpa Rara. Namun proyek itu selesai 6 bulan kemudian hingga aku kehilangan Rara.

Setahun kemudian, pernah sekali aku bertemu Rara di Jakarta Ratu Plaza. Kami pun bernostalgia dan aku ajak Rara ke hotel. Di dalam kamar kami menumpahkan kerinduan kami dengan bercinta sepuas-puasnya dan sangat terasa Rara sudah sangat piawai dalam bercinta, namun Rara tetap menyisakan misteri. Aku tidak tahu dimana dia tinggal di Jakarta.

Misteri mulai terkuak karena beberapa tahun kemudian, wajah Rara mulai banyak menghiasi majalah majalah serta berbagai berbagai pagelaran mode selalu menampilkan Rara sebagai peragawatinya. Tampak dia semakin dewasa dalam penampilannya, namun aku tidak pernah berusaha untuk menjumpainya demi menjaga privacy dia.

Akhirnya sekitar tahun 93, kulihat berita bahwa Rara akan menikah dengan seorang pengusaha muda Jakarta yang bisnis utamanya di bidang pariwisata Bali. Saat itu kudoakan agar perkawinan Rara langgeng. Tahun 95, saat aku ke Bali lagi, aku sempat bertemu Rara dengan suaminya. Dan di penghujung tahun 2000, kubaca lagi Rara di kematangan usianya sebagai wanita dewasa yaitu kini menjabat sebagai direktur utama perusahaan suaminya di Bali dan mendirikan sebuah perusahaan EO. Aku bersyukur, dan sampai dengan saat ini perkawinan mereka masih langgeng dan aku yakin bahwa Rara tidak menyia-nyiakan pengalamannya bersamaku dalam membina hubungan sex dengan suaminya.

Untuk Rara, bila kamu kebetulan juga membaca cerita ini, buatlah ini menjadi kenangan kita bersama. Buat mereka yang pernah terlibat dalam pertemuan kami, mungkin masih akan teringat bila membaca cerita ini, tapi tidak untuk mereka yang lain karena nama-nama di cerita ini telah berubah walaupun masih dengan initial yang sama. Mungkin suatu saat secara kebetulan kita masih berkesempatan untuk bertemu lagi, entah kapan.


E N D

Tunjukkan Bahwa Dirimu Laki-laki-3

By Unknown → Minggu, 03 Mei 2015
Tunjukkan Bahwa Dirimu Laki-laki-2
portalseksindo.blogspot.com
Dari Bagian 1

Setelah seharian cukup lelah mengurus pekerjaan dengan Arif, aku kembali ke hotel jam 4 sore. Masih cukup waktu untuk santai berenang di kolam renang hotel. Pertamina Cottage adalah bangunan tua yang belum direnovasi seperti sekarang ini, saat ini sebuah cottage yang sudah berubah menjadi 2 kamar hotel, sedangkan dulu masih berupa satu kamar dengan ukuran luas, sehingga sangat nyaman tinggal disana. Salah seorang presiden Amerika pernah tinggal di salah satu suite di sana dengan kaca anti peluru. Salah satu mantan Presiden Indonesia pun mempunyai cottage khusus yang konon tidak pernah disewakan pada tamu lain.

Aku masih sempat tidur sekitar 3 jam dan pada jam 10:15 malam aku tiba di S dan Rara sudah duduk di bar. Tampak minumannya baru berkurang sedikit, tanda bahwa dia juga baru datang. Malam ini dia tampak lebih cantik dan anggun dibanding kemarin, mengenakan rok tipis terusan warna hitam agak span dengan belahan di sisi kiri sampai pertengahan pahanya, potongan dan bahan roknya sedemikian rupa sehingga menempel ketat di tubuhnya. Leher berbentuk V lebar yang cukup rendah, terlihat jelas sebagian buah dadanya yang montok. Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan bentuk lehernya yang jenjang.

"Sorry, aku terlambat ya.. Cukup lelah seharian bareng Arif ngurusin kerjaan, jadi aku ketiduran, kamu sudah lama?" tanyaku basa basi. Aku kecup pipi kiri kanannya.
"Nggak juga, cuma baru 3 jam, tadi sempet bantuin bersihin meja di sini", jawabnya dengan riang. Aku tahu dia hanya menggoda.
"Wah, rugi deh si Arif kalau tamunya semua kaya kamu" jawabku.
"Emang kenapa? Terbalik lagi, kalau tamu banyak yang kaya aku, bakal banyak cowok yang masuk ke sini tahu.." katanya PD. Memang pada hari Jumat itu, sudah agak banyak tamu yang datang dan banyak pula yang memandang ke arah Rara.
"Tamu kaya kamu bikin rugi dong, masa 3 jam cuma minum 1 teguk, tuh gelasnya masih penuh he he he" ujarku.
"Aah.. Kamu bisa aja, awas ya aku bales kamu nanti" jawabnya sambil tangannya mencoba mencubit hidungku.

Aku tangkap tangannya, lalu aku cium punggung tangannya, bibirku menelusuri jari tengahnya, sampai di ujung jari, aku buka mulutku lalu jarinya kumasukan ke mulutku sambil aku hisap perlahan-lahan. Rara menarik nafas panjang terkejut.

"Awas kamu ya, jangan bikin aku horny di sini", ujarnya sambil menarik tangannya yang basah kena liurku.
"Mau temani aku makan nggak?, atau kamu tunggu di sini, aku makan dulu" aku menggoda dia.
"Kamu bisa serius nggak sih, masa aku ditinggal di sini, kan kita janjian malam ini, kalau aku ditinggal terus ada cowok lain menggodaku gimana" sambil merajuk dia berkomentar.
"Menggoda itu hak mereka, mau atau nggaknya tergantung kamu, di samping itu, bagus dong ada yang menggoda kamu, itu artinya cewekku laku, aku nggak salah pilih dan itu bukan pasti lagi karena ini malam minggu Non, 10 menit aku tinggal kamu, 10 cowok juga akan mengerubung di sini"
"Untung sudah sadar kamu, yuk kita makan, aku juga lapar nih" katanya sambil menggandeng lenganku keluar dari S. Kami menuju warung Made, makan dan minum sampai jam 12 malam. Aku sudah agak pusing kebanyakan minum.
"Kita teruskan mengobrol sambil minum di hotelku ya" uajrku akhirnya. Langsung aku bayar bon tanpa menunggu jawaban dan aku peluk bahunya sambil berjalan ke arah mobil. Rara melingkarkan tangannya di pinggangku, rupanya Rara pun mengerti bahwa itu adalah pernyataan, bukan pertanyaan.

Kebetulan bar dan coffe shop di hotel sedang direnovasi, jadi kami berjalan menyusuri beberapa cottage menuju kolam renang. Di sana ada restoran yang buka sebagai pengganti coffee shop dan bar. Di tengah perjalanan, aku lingkarkan tanganku ke bahunya. Tidak terasa ada tali BH di pundaknya. Lalu tanganku kuturunkan ke punggungnya, kutemukan kaitan BH di sana, rupanya Rara memakai BH model strapless. Kucari kaitannya, cuma satu. Dengan sekali sentakan antara telunjuk dan ibu jariku, terlepaslah kaitannya.

"Vir, gila kamu ya, lepas nih BH-ku" katanya sambil memukul bahuku.
"Aku rasa lebih indah kalau kamu nggak pake BH, sekarang mau aku yang lepas atau kamu lepas sendiri" aku tersenyum.
"Kalau orang-orang liat gimana, kan aku malu, lagian nanti kamu marah aku diliatin banyak orang" ujarnya sambil tangannya menarik BH dari balik bajunya dan disimpan di tas kecilnya.
"Kenapa musti malu, kan putingnya masih di dada, belum di perut" bisikku sambil tertawa kecil.
"Makin banyak orang yang liatin kamu, semakin bangga aku jalan sama kamu" kataku mantap hingga dia tidak berkomentar lagi.

Dengan bahan pakaian tipis dan menempel ketat di kulit Rara seperti itu, jelas sekali terlihat bentuk buah dadanya yang indah bulat dan menantang tegak, terasa sekali masih sangat kenyal waktu dia melingkarkan tangannya di lenganku sampai menekan buah dadanya.

Akhirnya kami sampai di restoran. Di tepi kolam renang masih ada beberapa tamu di sana. Setelah selesai makan, kami duduk-duduk di tepi kolam renang menggunakan 2 kursi pantai yang biasa dipakai untuk berjemur. Kami mengobrol dari ujung ke ujung, bercanda riang dan diselingi oleh ciuman dan rabaan.

Sampai akhirnya Rara berbalik, naik duduk di atas pahaku dan menarik leherku, kami berciuman dengan penuh gairah dan panas. Kucium bibir Rara dari ujung kiri sampai ujung kanan diiringi gigitan-gigitan kecil. Rara pun tak mau kalah, dimasukkannya lidahnya ke dalam mulutku mencari lidahku, tanganku menjalar sepanjang dadanya, kuremas buah dadanya satu persatu, kupelintir putingnya. Rara terengah-engah kenikmatan sambil tangannya meremas penisku yang telah menegang.

Cukup lama kami berciuman sampai akhirnya kami kecapaian sendiri dan kembali kami duduk menghadap kolam, kulirik ke arah restoran. Beberapa orang tampak melihat ke arah kami duduk. Kulihat sudah jam 2:30 pagi, pada jam 9 aku harus ke airport pulang ke Jakarta.

"Rara, pulang yuk, aku harus ke airport jam 9 besok pagi, pulang ke Jakarta" ajakku. Rara diam tidak berkomentar. Setelah kutanda tangani bon, aku ajak Rara jalan menuju ke arah jalan masuk tadi.
"Kali ini aku antar kamu pulang ke Sanur ya" bisikku. Rara masih diam, aku tidak berani melihat wajahnya. Sewaktu kami berjalan di antara beberapa cottage, tiba tiba Rara mencengkeram lenganku keras sekali.
"Virano, kamu laki-laki bukan sih?" suaranya tegas, mantap dan agak mengejutkanku. Sekejap aku bingung untuk mencari jawabannya, padahal aku sudah tahu arahnya. Aku berhenti dan menarik dia ke pelukanku dengan erat.
"Kamu mau?" dengan sangat lembut aku bisikkan di telinganya. Dia hanya mencium bibirku dengan lembut tanpa nafsu sama sekali sambil berkata lirih..
"Sejak kemarin..", lalu aku ajak dia untuk berbalik arah menuju cottageku yang memang telah kami lewati sedari tadi.

Sesampai di dalam, tanpa berkata-kata lagi, kujelajahi leher jenjang Rara dengan lidahku. Rara pun menengadahkan kepalanya untuk memberi ruang lebih luas buatku untuk bergerak. Kujilat belakang telinganya, kemasukkan lidahku ke dalam telinganya.

"Ooh.. Kamu kejam, sejak kemarin aku merindukan seperti ini" desah Rara.

Kucium dengan lembut bibirnya, demikian pula dia. Lama kelamaan ciuman kamu semakin hot, saling berebut mencari lidah masing-masing sementara tangan Rara sudah berhasil membuka celanaku dan terjatuh ke bawah. Sekarang Rara sibuk untuk membuka kemeja lengan pendekku sehingga aku tinggal memakai celana dalam. Aku pun tak tinggal diam, kutarik sangkutan baju Rara dari bahunya dan kuperosotkan ke bawah sehingga tinggal G-String yang melekat di tubuhnya. Kuraba vaginanya, bulu-bulu tipis menyelimuti sekitar vaginanya. Kucoba mencari liang vaginanya melewati klitorisnya.

"Vir.. Jangan siksa aku lagi kali ini.. Oohh.." katanya lirih bergairah.
"Aku janji Ra.. Kamu akan dapat yang terbaik.." kataku sambil memasukkan jari tengahku ke dalam liangnya.

Rara mencari penisku di balik celana dalam, dan diremas remas serta dikocoknya, penisku yang memang sudah tegang segera menyembul dari balik celana dalam. Perlahan tapi pasti, kami menggerakkan kaki kami ke arah ranjang yang berukuran king size sambil melepaskan celana dalamku.

Aku didorongnya sehingga telentang tiduran dan Rara menindihku sambil terus menciumi leher dan turun ke dadaku. Dihisapnya kedua putingku sambil tangannya terus mengocok penisku. Sesampainya ke arah perut, Rara tidak melanjutkannya ke bawah, tetapi balik lagi mencium bibirku sambil berusaha membuka celana dalamnya dan mengarahkan penisku ke liang vaginanya. Hmm, aku sudah dapat mengukur tingkat permainannya. Aku menahan pantatnya agar tidak diturunkan lalu aku balikkan badannya sehingga sekarang dia berada di bawah.


Ke Bagian 3

Tunjukkan Bahwa Dirimu Laki-laki-2

By Unknown →
Tunjukkan Bahwa Dirimu Laki-laki-1
portalseksindo.blogspot.com - Suatu Kamis di Awal 1988, aku mendarat dengan pesawat Garuda di bandara Ngurah Rai, Bali pukul 21:30. Setelah selesai urusan di airport, aku keluar dan bertemu sopir partner kerjaku di Bali. Saat itu kantor tempat aku bekerja sedang ada proyek di beberapa propinsi di Indonesia di antaranya Bali. Aku bertugas untuk mengawasi seluruh pekerjaan sehingga acap kali terbang kesana kemari dan paling sering yang kusinggahi adalah Bali, rata-rata 2 kalisebulan aku kunjungi Bali selama 2-3 malam.

"Selamat malam Pak Virano, ini kunci mobilnya.." dia memberi kunci mobil Mazda 626 milik majikannya padaku. Memang partner kerjaku ini selalu menyediakan mobilnya untuk aku pakai selama aku berada di Bali.
"Bapak mau kemana sesudah ini..?" tanyaku.
"Langsung ke S.., jam 11 Pak Arif akan datang kesana" katanya.

S adalah nama sebuah club di Kuta yang cukup terkenal banyak didatangi oleh orang-orang lokal, jarang ada orang bule disana. Memang Arif partner kerjaku ini mempunyai beberapa club di daerah Kuta, tapi kantornya sendiri ada di S.

"Kalau gitu Bapak ikut saya saja ke hotel, saya mandi sebentar lalu kita sama sama ke S", ajakku.
"Boleh Pak, nanti saya tunggu di hotel", ujarnya.

Sesampai di Pertamina Cottage yang tidak jauh dari airport, aku check-in dan segera mandi lalu berangkat ke S. Pada jam 10:45 aku sampai disana. S masih sepi. Resepsionis yang sudah mengenalku berkata..

"Pak Arif barusan telepon, dia datang kira kira jam 11:30, Bapak dipersilakan menunggu di dalam. Kalau ingin minum, pesan saja Pak, mari saya antar ke dalam"
"Mau duduk di mana Pak?" tanyanya kembali sesampai aku di dalam.

Suasana agak remang tapi masih bisa melihat jelas dari ujung ke ujung, musik pun sudah terdengar agak keras. Aku memilih duduk di bar. Terdapat sekitar 7 kursi bar di sekitarnya, aku pilih yang pojok kiri, di sebelahku ada seorang laki-laki duduk sambil menikmati segelas bir. Aku pesan Cointreau On The Rock double.

Kuperhatikan ada seorang gadis duduk di ujung bar sebelah kanan, sendirian, berpakaian cukup sexy, celana pendek ketat bahan kaos bermotif garis merah putih dengan alur melintang serta atasan menyerupai baju senam pendek sebatas bawah buah dadanya sehingga memperlihatkan perutnya yang putih mulus, tanpa lengan, ketat menempel di tubuhnya dengan bahan dan motif yang sama. Rambut tergerai panjang sepunggung dan dada yang tampaknya padat menonjol menggairahkan, kaki putih panjang mengenakan sepatu boot hak tinggi. Kuperkirakan mungkin tingginya sekitar 167 cm dan berat kira kira 50 Kg, langsing dan sangat cantik.

Terlihat dia sedang menikmati segelas Stawberry Margarita. Setelah beberapa saat, aku lihat gelasnya hampir kosong. Aku katakan pada bartender agar dibuatkan satu Strawberry Margarita seperti yang diminum gadis itu. Setelah selesai, aku pegang dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku memegang gelas minumanku. Lalu aku hampiri dia.

"Hai.. Kita minum sama sama ya, namaku Virano" kataku di hadapannya sambil aku sodorkan gelas yang berada di tangan kananku. Dengan tersenyum dia ambil gelas Margarita itu dari tanganku.
"Wah.. Berhasil" kataku dalam hati.

Namun masih dengan tersenyum pula gadis itu memiringkan gelas tersebut sampai semuanya tumpah ke lantai, aku terkejut melihatnya dan rasanya muka ini panas membara mungkin karena marah atau malu aku tidak tahu. Tapi dengan santainya dia berkata:

"Terima kasih, minumannya enak sekali dan sudah habis.." bicaranya sangat sinis sekali.

Aku kembali ke tempat dudukku dengan menahan rasa malu. Tak lama, seorang waitress membisikiku..

"Kalau Bapak sudah selesai dengan dia, bapak ditunggu Pak Arif di kantornya", ternyata waitress ini mengetahui kejadian barusan. Aku habiskan minuman dan berjalan ke lantai 2 tempat Arif berkantor.
"Vir, sorry ya, lama nunggu gua, mau minum apa, gua pesan ke bawah ya" kata Arif.
"Tidak usah, gua baru minum 2 gelas double di bawah tadi" jawabku.

Lalu kami sibuk membicarakan pelaksanaan proyek dengan salah satu BUMN besar yang cabangnya ada di Denpasar dimana pelaksanaan untuk Bali dan NTT aku serahkan pada Arif dengan bagian sebesar 15% dari total proyek hingga dia bisa membeli 2 mercy Bulldog E300 terbaru saat itu. Arif sangat diuntungkan karena segala pengaturan baik harga maupun lainnya sudah aku selesaikan di kantor pusat. Arif hanya tinggal menyediakan perusahaannya untuk dipakai dan pengurusan administrasi paper work, oleh sebab itu kalau aku datang ke Bali, aku selalu dinomorsatukan oleh dia.

Telepon di samping mejanya berdering, lalu diangkat oleh Arif.

"OK, naik saja, aku lagi sama bossku dari Jakarta" katanya di pesawat telepon. Tak lama pintu yang di belakang tempat dudukku terbuka. Aku tidak menoleh, tiba tiba terdengar suara..
"Ooh.. Nanti saja dah, aku di bawah dulu.." terdengar suara seorang gadis dengan nada terkejut.
"Ee.. Rara, masuklah sebentar, ini kenalkan bossku baru datang dari Jakarta" panggil Arif.
"E.. E.., nggak usahlah, nanti lagi saja, minumanku belum habis di bawah.." nada ragu ragu kembali terdengar.
"Ayolah.. Sebentar saja, nanti aku panggil waiter suruh bawa minuman kamu, atau bikin baru saja" paksa Arif.

Aku tetap tidak menoleh, perasaanku sudah mengatakan bahwa dia adalah gadis yang sombong tadi dan aku harus pasang strategi. Dengan terpaksa dan perlahan dia menghampiri meja Arif.

"Rara, Virano bossku dari Jakarta, Virano, Rara, dari Jakarta juga, tapi sering berada di Bali" Arif memperkenalkan kami.

Perlahan gadis itu menjulurkan tangannya padaku dengan tampang ditekuk habis tanpa senyum. Aku menatap matanya dengan tajam, kuarahkan mataku dari ujung kepala sampai ujung kakinya, kutelanjangi dia dengan mataku lalu kembali kunaikkan mataku dan kutatap matanya dengan tajam. Terlihat dari sinar matanya seakan dia dalam suatu perangkap ketakutan sendiri. Tanganku tetap berada di paha, tidak kujulurkan untuk menyambut ajakan berjabatan tangan Rara, lalu aku menolehkan pandanganku pada Arif sambil berkata..

"Jadi besok lu jemput gua ke hotel atau lebih dekat kalau gua ke kantor lu aja jam 10-an, gua sudah telepon mereka untuk pertemuan besok jam 11 di kantornya".

Arif dalam keadaan terbengong bengong melihatku tanpa suara, pandangannya dialihkan ke Rara seakan bertanya sesuatu yang sangat mematikan. Seketika Rara berlari keluar dari kantor Arif.

"Heh, ada apa ini.., nggak sopan lu sama cewek" sergah Arif. Aku ceritakan kejadian di bar tadi, dan Arif berkomentar..
"Rasain, kali ini kena batunya dia, pasti dia malu sama gua.. Dia lagi ngejar gua nih, gua nggak mau. Selama ini dia memang sok jual mahal sama semua cowok di sini. Dia seorang model dan peragawati Jakarta yang baru mau muncul di permukaan" Arif bercerita.

Akhirnya setelah selesai urusanku dengan Arif, aku kembali turun ke bawah setelah mengambil kunci 626 di mejanya. Lalu aku kembali ke bar dan memesan gelas ketiga, tampak Rara masih duduk di ujung sambil memutar duduknya begitu melihat aku duduk di situ. Aku kembali memesan satu Margarita dan aku hampiri dia.

"Rara, untuk gelas kedua ini, kalau kamu mau siram ke lantai, biar aku yang siram buat kamu, tapi kalau kamu mau minum, mari kita berkawan sejak saat ini dan maafkan aku" aku berkata.

Dia tatap mataku, kuberikan senyuman lebar dan manis sambil mengangkat bahuku untuknya. Perlahan tapi pasti, dia tersenyum dan mengambil gelas dari tanganku dan disentuhkan pada gelasku untuk toast. Kami minum bersama sama. Aku dekati telinganya lalu berbisik..

"Maafkan aku ya tadi di dalam.."
"Maafkan aku juga, tapi kamu jahat bikin malu aku did epan Arif" protesnya.
"Kamu juga bikin malu aku di depan para pegawai Arif, hayoo.. Parah mana"

Dia mencubit lenganku. Kutaruh tanganku di bahunya. Dengan sedikit gerakan menarik, kepalanya mendekat, dan aku kecup pipinya kanan kiri.

"Daripada sama-sama malu, lebih baik kita pergi dari sini, antar aku makan, soalnya aku alergi. Kalau malu, perut langsung keroncongan.." gurauku.
"Huuh, pake alasan aja, bilang aja mau ajak aku keluar dari sini" jawabnya menggoda. Kami duduk di restoran di depan S, di lantai 2 yang menghadap ke jalanan sambil mengobrol ngalor ngidul. Selesai makan, 2 gelas Cointreau double dan 3 gelas Margarita kami tenggak lagi sampai kulihat jam telah menunjukkan pukul 1:30 pagi.

Rara, asal Jawa Tengah, besar di Jakarta, berumur 23, baru selesai kuliah jurusan ekonomi, sekarang sedang meniti karier di bidang modelling dan dunia peragawati, tinggi 169 cm, berat 52 Kg yang semampai.

"Rara, kamu tinggal dimana? Besok aku ada meeting, jadi musti istirahat" sengaja aku tidak menawarkan untuk mengantar dia, walaupun aku ada kendaraan yang aku bawa sendiri.
"Aku di Sanur.." jawabnya. Wow, cukup jauh juga. Dalam keadaan normal, aku tidak akan pernah membiarkan seorang wanita untuk pulang sendiri apalagi malam/pagi hari begini, tapi saat itu aku masih ingin menunjukkan keacuhanku.
"Kamu bisa pulang sendiri nggak, karena hotelku dekat di sini"
"OK, nggak apa, banyak mobil sewaan kok" jawabnya agak kesal.
"Bener nih, atau aku antar aja ya" kataku, sengaja membuka front. Mungkin dia juga sudah kepalang gengsi hingga menjawab..
"Bali kan jauh lebih aman dibandingkan Jakarta, kalau aku dibiarkan pulang sendiri di Jakarta, aku nggak bakal mau kenal kamu lagi" jawabnya diplomatis.
"OK deh, hati hati ya" aku dekatkan bibirku dan mengecup pipi kiri dan kanannya sambil kupegang belakang telinganya, akhirnya kudaratkan ciuman ringan pada bibirnya. Otomatis dia pun membalas ciuman bibir tersebut.
"Besok jam 10 kita ketemu di sini lagi ya" bisikku di telinganya sambil kuhembuskan nafas hangat ke dalam lubang telinganya. Dengan sedikit menggelinjang, dia menjawab..
"Deal" katanya mantap. Akhirnya kami pulang berlainan arah. Aku kembali ke hotel sambil membayangkan yang akan terjadi esok malam.


Ke Bagian 2

Tunjukkan Bahwa Dirimu Laki-laki-1

By Unknown → Sabtu, 02 Mei 2015
Jennifer Dari Room 19
portalseksindo.blogspot.com - Nama saya Paul dan tentunya itu bukan nama asliku karena aku tidak mau jika ada temanku yang membaca kisah nyataku. Saya sekarang sedang mengambil study di Australia di bagian Electronic Commerce. Semenjak saya lulus dari Bachelor study, banyak teman-teman saya yang berasal dari Indonesia pulang dan bekerja di Indonesia sehingga kehidupan saya di Perth terasa sangat membosankan karena teman baruku sekarang tidak seheboh teman-teman lamaku.

Karena kebosananku inilah, yang membuatku mengalami kejadian nikmat ini. Suatu ketika, saya merasakan kebosanan yang amat sangat apalagi ketika teman serumah saya selalu menganggu saya dengan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran. Walaupun saya selalu menjawab pertanyaannya dengan baik, dalam hati, saya sangat jengkel dengan mulutnya yang sangat cerewet. Untuk menghindari mulutnya yang tidak bisa diam tersebut, saya akhirnya jalan-jalan keluar apartemen.

Di jalan, saya melihat banyak bule yang sedang membawa jalan-jalan anaknya atau anjing peliharaannya. Udara di Perth saat itu adalah sedang dingin-dinginnya sehingga nafsu seksual saya menjadi semakin meningkat apalagi saya memperhatikan banyak sekali gadis Australia dan Asia yang sedang menunggu bis atau sedang berjalan kaki. Kecantikan alami mereka membuat batang kejantananku menjadi membesar dan saya mesti bisa tahan karena jika saya tidak menahannya, saya bisa melakukan pemerkosaan terhadap mereka dan saya akan berakhir di Penjara Fremantle.

Akhirnya tibalah saya di sebuah rumah toko yang membuat saya penasaran. Di dinding rumah yang mempunyai papan nama bertuliskan Langtrees executive play ground, saya sempat memperhatikan ada gambar silhuete tubuh seorang wanita yang sedang striptease dan tak lama kemudian, keluarlah seorang gadis bule yang cantik yang memberikan kedipan mata pada saya dan dia langsung naik ke taksi yang sudah menunggunya dan pergi dari hadapan saya. Saya sempat bengong beberapa saat melihat perlakuan dari cewek tersebut. Di dalam batin saya, saya menyadari bahwa ini pasti tempat yang nikmat dan berguna bagi kejantanan saya yang sudah tidak bisa diajak kompromi lagi, pikirku.

Saya langsung masuk ke dalam rumah itu dan mendekati kasir yang dijaga oleh seorang cewek caucasian yang sangat cantik. Setelah saya membayar ruangan dan ceweknya, saya diberikan sebuah kartu yang bertuliskan angka 19. Pertama kali, saya sempat tidak mengerti apa maksud dari nomor 19 tersebut. Setelah saya bertanya, dia menerangkan bahwa saya akan mendapatkan service di kamar nomor 19. Saya senang dan langsung berlari mencari kamar nomor 19. Sambil menunggu kedatangan cewek yang saya pesan berdasarkan photo yang saya lihat dari album photo yang diberikan oleh kasir di meja depan, saya kemudian melihat keadaan dalam kamar nomor 19 tersebut.

Tak lama kemudian, pintu kamar saya terbuka dan masuklah cewek yang saya pesan tadi. Saya kaget sekali karena cewek yang berada di depan saya ini lebih cantik dari cewek yang saya pesan di meja depan. Saya menurut saja dan cewek itu mulai mengenalkan dirinya bernama Jennifer.

Jennifer adalah seorang gadis Asia yang lahir di Australia, hal ini dapat dilihat dari wajahnya yang cukup oriental dan seksi dan logat bicaranya yang sudah seperti orang Australia itu. Saya sempat menelan ludah sewaktu Jennifer membuka bajunya dan bagai sebuah robot, saya langsung mendekatinya dari belakang.Dengan lembut ditariknya tangan saya dan saya menurut saja, dirangkulnya pundak saya dan dengan lembut diciumnya bibir saya. Terasa hangat dan merangsang, dan dengan pasti dilumatnya bibir saya. Tercium lagi oleh saya bau parfum yang dipakainya, yang membangkitkan gairah saya yang selama ini tertidur dan tak tersalurkan.

Sekali lagi terlintas di kepala saya prinsip tentang bahaya AIDS, namun rupanya saya sudah tidak bisa menahannya lagi. Maka dengan perlahan dan pasti saya bimbing Jennifer menuju tempat tidur saya, Jennifer di atas saya menciumi bibir, wajah dan leher saya, tangannya dengan cepat membuka kancing baju saya dan terdengar nafasnya terengah-engah. Diciuminya dada saya dan dihisapnya puting saya secara mengejutkan, mengakibatkan rangsangan yang sulit dijelaskan. Saya telentangkan badannya di atas kasur, dan langsung saya lumat dadanya yang masih terbungkus BH dan baju, terasa sangat padat dan bulat.

Saya tarik ke bawah retsleting bajunya dan terlihat lingkaran padat menonjol indah terbungkus oleh bra hitam yang dikenakannya. Tanpa melepas pengait branya, saya turunkan cup yang menutupi buah dada nan indah itu, langsung saya hisap dan dengan lidah saya permainkan putingnya yang masih merah muda dan kecil. Tidak saya sangka bahwa ternyata puting Jennifer masih demikian indah, seperti nampaknya anak muda belasan tahun. Tentunya saya tidak akan berhenti di kedua tonjolan indah nan kenyal milik Jennifer itu, saya terus turun ke daerah pusar, sambil tangan saya mencoba untuk membuka celana kain yang dikenakannya.

Lidah saya bermain di sekitar pusarnya, dan Jennifer terlihat menghentakkan perutnya ke atas karena terangsang. Dari luar celana dalamnya yang juga berwarna hitam berenda, terlihat dari bahan yang menerawang, rambut kemaluannya yang teratur rapi. Dengan jari tengah tangan kiriku, kuusap belahan kemaluannya dengan pelahan dan dengan pasti kuselipkan jari tanganku melalui samping celana dalamnya yang mulai basah. Kupermainkan klitoris yang tertutup bulu kemaluannya, perlahan-lahan kuselipkan jari manisku memasuki lubang kewanitaannya yang terasa hangat dan ketat. Agak sedikit kubengkokkan ujung jari manisku mengusap bagian dalam lubang senggamanya yang terletak di belakang klitorisnya. Jennifer menggelinjang hebat ketika dengan tepat ujung jari manisku mengenai pusat-pusat simpul saraf di dalamnya.

Beberapa saat kugerak-gerakkan ujung jari manisku di sekitar simpul-simpul saraf tersebut, dan terlihat pinggulnya berguncang hebat ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan keluar masuknya jariku di dalam lubang kemaluannya. Berselingan kupermainkan antara lidahku di sekitar pusar dan jari manisku.

"Aaahh.. auwww.. please masukin dong Paul", kata Jennifer.
Tapi karena saya berusaha untuk menenangkan diri dari nafsuku yang juga membara, maka kutahan untuk tidak segera memulainya. Saya sudah telanjang bulat dan juga Jennifer, ternyata semakin terlihat badannya yang putih mulus dan tidak ada cacatnya, perutnya yang rata dan terlihat sedikit berbuku-buku dan betapa menariknya rambut kemaluan dan daging klitorisnya yang begitu rapi bagaikan di buat oleh dokter bedah plastik.

Langsung kutancapkan lidahku di antara lubang kewanitaan Jennifer, dan kuhisap serta kupermainkan di sekitar klitorisnya, terdengar desisan, "Heehh.. hhehh.. sshh.." dari mulut Jennifer. Dengan cekatan Jennifer juga mulai meraih batang kemaluanku yang memang sudah menegang sejak tadi, dihisapnya batangku dan terasa sangat menggairahkan. Karena tak tertahankan saya pun mengerang, "Hhmm.. heehh" Tidak mau kalah, kuselipkan jari tengahku ke dalam lubang kemaluan Jennifer sambil kuhisap klitorisnya, kusentuh dengan ujung jari tanganku bagian simpul saraf yang terasa seperti benjolan-benjolan kecil, terasa pinggul Jennifer menegang dan menggeliat, dan dengan keras dia menjerit, "Aaahh.. saya mau keluu..arr" ternyata Jennifer mencapai klimaksnya.

Kulepaskan hisapanku di sekitar kemaluan Jennifer dan perlahan-lahan kuraba buah dadanya yang sudah mengeras, dengan puting merah muda yang mancung mengeras. Mulai lagi kuhisap puting merah muda itu, kujilat di sekelilingnya, sambil sesekali kuhisap dan kugigit perlahan ujung putingnya. Terasa pahaku menyentuh bulu-bulu kemaluan Jennifer, dan dengan kakinya melingkari kakiku, mulai digerakkan, digosokkan kemaluannya di pahaku. Rupanya Jennifer dengan cepat mulai bergairah lagi dan dia berkata, "Ayo Sayang, saya masih ingin lagi dan lagi.."

Kuarahkan batang kemaluanku menuju liang kewanitaannya yang masih basah, dengan sedikit tekanan, terasa secara perlahan batang kejantananku teremas-remas oleh otot-otot lubang senggamanya. Kuayun maju mundur dan diikuti gerakan pinggul Jennifer yang juga mengayun-ngayun, kucium bibirnya yang indah, gerakanku dan Jennifer semakin menggebu. Kita berdua saling menindih dan berguling tanpa terlepaskan lagi, gerakan demi gerakan antara pinggul Jennifer dan pinggul saya, dan akhirnya terasa ujung batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut tak tertahankan, "Eeeuchh.." kuteriakkan perasaanku yang tertahan selama ini, bersamaan teriakan klimaks Jennifer yang semakin membuatku terangsang, kurasakan cairan spermaku memancar keluar dengan kerasnya, dan terasa jepitan yang mengeras di sekitar batang kemaluanku, serta getaran mengejang dari badan Jennifer. Akhirnya kita berdua terkulai lemas, kuakhiri permainan cinta ini bersamanya, dan tertidur pulas sambil berpelukan di bawah selimutku yang hangat itu.

Setelah kami bercinta selama 1 jam lamanya, saya kemudian berbenah diri dan mencium Jennifer sebelum saya meninggalkan kamar nomor 19 dan tempat yang memberikan kenangan tersendiri. Saya berharap agar saya bisa sekali lagi menikmati liang kenikmatan Jennifer. Ketika saya keluar dari tempat itu, saya baru sadar bahwa saya baru saja bercinta dengan Jennifer tanpa memakai kondom dan saya cuma tersenyum saja.

TAMAT

Jennifer Dari Room 19

By Unknown →
Gelora Cinta Di Atas Kapal
portalseksindo.blogspot.com - Boleh dibilang saya merupakan laki-laki yang beruntung. Karena terus terang saja saya tidak mempunyai penampilan fisik yang sangat baik, walaupun tidak jelek-jelek sekali. Kulit saya yang cukup gelap, badan saya yang cukup atletis, dan yang pasti batang kemaluan saya yang cukup ukurannya. Tapi mungkin karena secara naluri saya sangat senang melayani orang lain, sehingga akhirnya saya menjadi seperti sekarang ini dengan segala kelebihan yang saya miliki.

Awal cerita ketika tahun 1992, saya berangkat dari kampung halaman saya dengan menumpang salah satu kapal milik PELNI, KM Rinjani. Karena waktu itu saya diterima sebagai seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di kota Yogyakarta, kota yang sekarang menjadi tempat tinggal saya. Sebagai seorang mahasiswa baru dari keluarga yang berkecukupan, saya sangat bangga, apalagi untuk berangkat ini saya dibekali cukup uang dan tiket di kelas satu. Dan juga saya diperbolehkan untuk mampir di rumah paman yang tinggal di Jakarta dan jalan-jalan di sana sebelum daftar ulang sebagai mahasiswa baru di Jogja.

Ketika naik kapal pada hari keberangkatan, hati ini terasa senang sekali. Saya langsung menuju kamar saya, kamar kelas satu, yang pasti sudah terbayang akan sangat enak rasanya. Tapi saya kaget sekali, karena di dalam kamar sudah ada seorang wanita, yang terus terang saja ada sedikit rasa senang juga karena wanita tersebut tersenyum dengan manisnya ketika melihat saya agak terkejut.
"Oh maaf, mungkin Mbak ini salah kamar..?" tanya saya agak ragu.
Sebab setahu saya tidak mungkin, sudah sering bepergian dengan kapal laut, dalam satu kamar harusnya hanya ada satu jenis kelamin, kalau laki-laki ya laki-laki semua, atau kalau perempuan ya perempuan semua.

Tapi setelah dicocokkan ternyata nomer tiket kami sama, artinya kami satu kamar. Wah, terus terang saja saya agak canggung juga rasanya, tapi di balik kecanggungan saya ada rasa senang juga lho. Karena wanita yang satu ini cukup cantik juga dan bodinya cukup menggairahkan. Dan karena saya sering sekali nonton film porno, langsung saya membayangkan kalau nanti malam kami akan tidur berdua dan berpelukan dengan saling mengelus-elus 'pusat' kenikmatan masing-masing.

Pada waktu pemeriksaan tiket, tanpa ragu dia langsung mengatakan bahwa saya adalah adik sepupunya, jadi oleh petugas kami tidak dipindahkan. Wah, tambah senanglah hati ini. Dan sejak itu kami banyak sekali ngobrol-ngobrol. Dari sini juga saya tahu kalau dia adalah pegawai sebuah bank swasta di Jakarta, bernama Cindy, suaminya seorang dosen sebuah perguruan tinggi di jakarta, dan yang lebih hebat lagi dia tidak sesuai dengan umurnya yang sudah 35 tahun, dan sudah beranak dua.

Setelah makan siang kami masih melanjutkan obrolan kami tentang berbagai hal di anjungan depan kapal. Kapal sudah semakin jauh dari daratan, jarum jam sudah pukul dua, hawa terasa agak panas, mata mulai mengantuk diterpa angin laut, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat saja. Tanpa sadar Cindy menggandeng tangan saya ketika kami berjalan menuju kamar, karena agak canggung, tangannya saya lepaskan. Cindy agak kaget tapi dia malah tersenyum manja.

Memang pada waktu itu saya sering menonton film porno dan juga sering beronani, tapi melakukan hubungan seks saya balum pernah sama sekali. Jadi hati ini rasanya deg-degan luar biasa, karena ketika berjalan di lorong kapal yang kebetulan saya berada di belakangnya, saya melihat pantatnya yang bulat yang terbalut celana jeans ketat dan rambutnya yang panjang sepunggung dan diikat, sehingga terlihat jenjang belakang lehernya yang putih dan mulus.

"Oooh! Indah sekali!" jerit batin saya.
Pada waktu itu saya ingin memeluknya dari belakang dan ingin langsung mencium lehernya itu, tapi sekali lagi hati ini rasanya canggung sekali, boleh dibilang saya takut!

Ketika kami bersama-sama masuk kamar Cindy langsung menuju kamar mandi, katanya dia sudah kegerahan dan sebelum tidur siang ingin mandi dulu. Saya langsung rebahan di tempat tidur sambil membayangkan tubuh Cindy yang pasti sintal dan menggairahkan kalau dilihat dari pantatnya yang bulat. Tanpa sadar tangan kiri saya sudah memegang batang kemaluan yang mulai mengeras.

Tetapi tiba-tiba ada suara dari balik pintu kamar mandi, "Mas Andi, tolong ambilkan handuk saya di dalam koper dong."
Saya terkejut setengah mati, karena pikir saya Cindy sudah keluar dari kamar mandi. Ketika mengambil handuk, saya melihat pakaian dalamnya yang bagus-bagus dan super mini.
"Oooh..!" batin ini semakin menjerit.
Karena sebagai seorang laki-laki normal, pasti siapa saja tidak akan tahan dengan momen seperti ini.

Pintu saya ketuk untuk memberikan handuknya, dan ketika pintu dibuka, betapa kagetnya saya karena Cindy berdiri di depan pintu hanya dengan celana dalam yang sangat mini dengan bordiran yang apik dan sangat jelas sekali terlihat gunungan hitam di selangkangannya seperti akan meletus. Saat melihat saya tertegun dengan handuk di tangan, dengan cueknya Cindy menarik tangan saya untuk mandi bersama. Pada waktu itu saya hanya seperti robot yang bergerak hanya kalau disetel untuk bergerak. Karena terus terang saja, waktu itu pikiran saya seakan tidak percaya dengan apa yang sedang ada di hadapan saya. Ternyata tubuh Cindy lebih indah daripada apa yang saya bayangkan, dan lebih hebat lagi lebih cantik dalam keadaan telanjang.

Tanpa sadar saya melepaskan celana dalam Cindy, dan tubuhnya saya sirami dengan air dari shower. Cindy melenggak-lenggokkan pantatnya yang bulat ketika air shower saya arahkan ke pantatnya. Dan ketika saya arahkan ke punggung, Cindy meliuk-liukkan tubuhnya dengan sangat erotis. Tiba-tiba Cindy membalikkan tubuhnya dan langsung melahap bibir saya, dengan kencang dihisap dan disedot.
Tapi tiba-tiba Cindy berhenti dan marah, "Hey, dicopot dong bajunya!"
Saya hanya dapat terawa kecil karena bersamaan dengan itu Cindy pun dengan bergairahnya mencopot kaos dan celana panjang saya yang mana celana dalamnya langsung ikut terlepas.

"Wow, lucu sekali bentuk batang kamu Andi..?" Cindy bertanya dengan manjanya.
"Lho apa punya suami kamu nggak lucu tuh..?" saya balik tanya dan Cindy hanya tertawa dengan ujung kemaluan saya yang sudah berada di dalam mulutnya.
Gila! Cindy benar-benar luar biasa, mungkin karena dia sudah bersuami dan sudah punya anak pula. Dan baru kali ini saya merasakan betapa nikmatnya apa yang selama ini selalu saya tonton di film dan selalu saya bayangkan siang dan malam. Dengan gemasnya Cindy mengelus-elus buah zakar dan menghisap-hisap kepala penis saya dengan lembutnya.

Tidak terasa sudah lama sekali Cindy menghisap batang penis dan akhirnya, "Hey, capek nih jongkok terus. Gantian dong..!"
Cindy lalu saya gendong ke arah tempat tidur, lalu saya rebahkan dengan kakinya yang putih mulus terkulai di lantai. Kaki Cindy saya angkat perlahan-lahan, sambil memberikan sedikit sensasi di talapak kaki. Cindy kegelian dan mengelinjang, kemudian saya mulai menyerang payudaranya yang memang tidak begitu besar tapi cukup menggoda.

Ujung penis saya gosok-gosokkan di lubang vaginanya sambil menghisap-hisap puting payudara Cindy. Saya semakin menikmati permainan ketika Cindy mulai mengerang-ngerang keenakkan. Dan ketika pinggulnya mulai digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah saya mulai menyadarai kalau Cindy minta dicoblos liang vaginanya. Tapi saya sengaja untuk mempermainkan ujung penis di mulut vagina Cindy.

"Ayo Andi, dimasukkan saja, jangan cuma diluar begitu dong..!" akhirnya Cindy benar-benar tidak tahan.
Lalu saya mulai menekan panis saya untuk masuk ke dalam vagina Cindy. Uuuhh..! Hangat dan enak sekali rasaya. Cindy sambil mengerang keenakkan mangangkat pantatnya, sehingga penis saya semakin dalam masuknya. Aaahh..! Semakin enak saja rasanya. Akhirnya saya tahu kalau berhubungan seks itu sangat enak rasanya.

Ketika pantat Cindy diturunkan, tiba-tiba penis saya terlepas dari lubangnya. Cindy menaikkan lagi pantatnya, dan ketika diturunkan lagi terlepas lagi. Begitu dan seterusnya hingga Cindy marah-marah karena ternyata saya hanya diam saja.
"Ayo dong Andi kamu goyang juga pantatmu maju mundur. Ayo.. dongg..!"

Saya semakin tahu kalau behubungan seks bukan saja enak tetapi juga menyenangkan. Pantat Cindy mulai diam dan pantat saya mulai digerakkan. Perlahan-lahan saya masukkan batang penis yang sudah sangat tegang ini, dan saya tarik lagi dengan satu hentakan keras. Perlahan-lahan lagi saya masukkan dan saya tarik lagi dengan satu hentakan keras. Cindy merem melek ketika saya masukkan, dan Cindy mengerang keras ketika saya tarik. Begitu terus saya lakukan hingga akhirnya Cindy bangun dan memeluk saya.

Dengan mesranya saya menggendong dan mencium bibir Cindy. Tapi saya terkejut ketika tiba-tiba Cyndi menggoyang dengan keras sekali pantatnya, diputar-putar pantatnya pada gendongan saya, dan pada saat itu saya semakin kaget ketika tiba-iba pula lubang vaginanya terasa mengecil lalu dengan kerasnya Cindy berteriak, "Annddii..!" dan keringat kecil-kecil mulai keluar di atas keningnya.

Sekali lagi, dari sinilah saya benar-benar tahu bahwa berhubungan seks itu enak sekali, menyenangkan, dan yang lebih menyenangkan lagi kalau kita dapat membawa pasangan kita ke puncak kenikmatan. Karena pada saat kita melihat pasangan kita menggelinjang keenakkan pada saat itu pula hati ini akan terasa plong.

Kembali Cindy marah, karena dia sudah kelelahan sementara batang kemaluan saya masih berdiri tegak. Dan yang pasti saya belum ejakulasi. Tapi sambil mengecup bibir Cindy dengan lembut saya katakan kalau saya sudah sangat senang diperkenalkan dengan hubungan seks yang sebenarnya, dan saya sudah sangat puas melihat dirinya puas dan senang dengan permainan saya.

Akhirnya kami mandi bersama, dan di kamar mandi kami masih mengulangi permainan-permainan yang lebih menyenangkan lagi. Hampir setiap saat dan setiap kesempatan di kapal kami melakukannya lagi dan lagi. Ketika sampai di Jakarta, dia memberikan alamat dan nomer teleponnya dan berharap sekali kalau saya mau mampir ke rumah atau kantornya.

Beberapa kali Cindy pernah saya hubungi dan beberapa kali kami pernah berjumpa, hingga akhirnya sekarang kami tidak pernah lagi berjumpa karena terakhir kali saya hubungi alamatnya sudah pindah. Entah dimana kamu Cindy, tapi yang jelas aku selalu merindukan kamu, karena kamu telah memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga tentang bagaimana berhubungan seks dan memuaskan pasangan main.


TAMAT

Gelora Cinta Di Atas Kapal

By Unknown → Jumat, 01 Mei 2015